Teori
Kepribadian Sehat
· Allpot (ciri-ciri kepribadian yang matang)
Menurut
Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat
yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku
menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian
yang matang menurut allport sebagai berikut:
1.
Ekstensi sense
of self
Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
Kemampuan
merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan
hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan
kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion(pengungkapan
hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan
diri
Kemampuan untuk
mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal :
mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan
proporsional.
4.
Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat
dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang
dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau
tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi
diri: insight dan humor
Kemampuan diri
untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar
menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat
yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat
Hidup
Ada latar
belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan
arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan
aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa
saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
·
Rogers (Perkembangan
Kepribadian)
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan
dan tidak melakukan riset jangka panjang yang mempelajari hubungan anak dengan
orangtuanya. Namun ia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara
alami mendorong proses organism menjadi semakin kompleks, ekspansi, otonom,
sosial dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Struktur self menjadi bagian
terpisah dari medan fenomena dan semakin kompleks. Self berkembang secara utuh
keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagiannya. Berkembangnya self diikuti oleh
kebutuhan penerimaan positif dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar
tetap konruen dengan struktur self.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut: seorang
gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat
dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian
menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan
akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat
tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas
seorang anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia
ingin menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman
aktualnya. Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai
kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya
– dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai niali yang di tolak oleh orang lain,
dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa
seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa
yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika
penolakan menjadi style, dan
orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman
muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit
saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan
konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari
ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah
menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang
menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat
tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri
memperoleh jiwa yang sehat.
· Maslow (Hirarki kebutuhan manusia)
Abraham Maslow
dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu hal menarik di awal
karirnya adalah ketika melihat beberapa kebutuhan lebih didahulukan dibanding
yang lainnya. Sebagai contohnya, ketika haus dan lapar, maka Anda akan terlebih
dahulu mengatasi haus dibandingkan lapar. Karena tanpa makanan kita dapat
bertahan selama beberapa minggu, tetapi tanpa minuman hanya beberapa hari saja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan minuman lebih kuat dibandingkan
dengan makanan. Maslow mengambil ide ini dan menciptakan apa yang saat ini
dikenal dengan Hierarchy of Needs.
Maslow menggunakan
piramida (gambar 1) sebagai peraga untuk memvisualisasikan gagasannya mengenai
teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hierarki, mulai yang paling rendah (bersifat dasar) sampai yang paling
tinggi.
1.
The
Physiological Needs
Kebutuhan fisiologis
merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan sangat penting untuk bertahan
hidup. Diantaranya adalah kebutuhan udara, air, makanan, tidur, dll. Maslow
percaya bahwa kebutuhan fisiologis sangat penting dan naluriah di dalam
hierarki kebutuhan karena kebutuhan yang lain menjadi sekunder sampai kebutuhan
ini terpenuhi.
Kebutuhan ini dinamakan
juga basic needs yang jika tidak terpenuhi dalam keadaan yang
sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas
perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan
dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.
2.
The Safety and
Security Needs
Ketika kebutuhan fisiologis
telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan keamanan. Diantaranya; physical
security (aman dari kejahatan dan agresi), security of
employment (keselamatan kerja), security of revenues and
resources (keamanan sumber daya), moral and physiological
security (keamanan fisiologis), familial security (keamanan
keluarga), security of health (keamanan kesehatan), dan security
of personal property against crime (keamanan kekayaan pribadi dari
kejahatan).
Karena adanya kebutuhan
inilah maka dibuat aturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat
sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic
needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan banyak
tidak terpenuhi maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan
pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah negatif.
3.
The Love and
Belonging Needs
Manusia biasanya
membutuhkan rasa dimiliki dan diterima, apakah datang dari kelompok sosial yang
luas (kelompok, kantor, perkumpulan keagamaan, organisasi profesional, tim
olahraga, geng, dll.) atau koneksi sosial yang kecil (anggota
keluarga, pasangan, mentor, teman kuliah, sahabat karib). Mereka membutuhkan
untuk mencintai dan dicintai oleh yang lainnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan
ini maka orang akan menjadi rentan merasa sendirian, gelisah, dan depresi.
Kekurangan rasa cinta dan dimiliki juga berhubungan dengan penyakit fisik
seperti penyakit hati.
4.
The Esteem Needs
Menurut Maslow, semua
manusia membutuhkan penghargaan, menghargai diri sendiri, dan juga menghargai
orang lain. Orang perlu melibatkan diri untuk mendapatkan pengakuan dan
mempunyai kegiatan atau kontribusi kepada orang lain dan juga nilai diri, baik
di dalam pekerjaan ataupun hobi.
Terdapat dua tingkatan
kebutuhan penghargaan/penghormatan. Tingkatan yang lebih rendah terkait dengan
unsur-unsur ketenaran, rasa hormat dan kemuliaan. Tingkatan yang lebih tinggi
mengikat pada konsep kepercayaan diri, kompetensi, dan prestasi. Tingkatan yang
lebih rendah umumnya dianggap miskin. Hal ini tergantung orang lain atau
seseorang membutuhkan diyakinkan karena harga diri yang lebih rendah. Orang
dengan harga diri yang rendah membutuhkan penghargaan dari orang lain. Namun,
keyakinan, kompetensi, dan prestasi hanya membutuhkan satu orang dan orang lain
tidaklah penting untuk kesuksesan sendiri.
Semua empat tingkatan
sebelumnya disebut deficit
needs, atau D-needs.
Yaitu, jika Anda tidak memiliki cukup sesuatu (defisit) maka akan merasa perlu.
Tetapi jika Anda mendapatkan semua yang dibutuhkan maka tidak akan merasakan apa-apa.
Seperti halnya, “You don’t miss your water till your well runs dry!”
5.
Self
Actualization Needs
Aktualisasi diri adalah
kebutuhan naluriah manusia untuk memanfaatkan kemampuan mereka yang unik dan
berusaha menjadi yang terbaik. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai
berikut:
Self Actualization is the intrinsic growth
of what is already in the organism, or more accurately, of what the organism
is. (Psychological Review, 1949)
·
Erick From (Ciri-ciri kepribadian
sehat)
Sebelum mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman
mempengaruhi pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan
seorang wanita cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm
sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa
wanita tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari
orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan.
Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi
hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena
itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi
terhadap tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm
melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah
perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam
suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan
kenalan-kenalannya terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi
seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang
meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan
bijaksana tiba-tiba menjadi gila. Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan
ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah
laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan
sosio-ekonomis, politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi
kodrat kepribadian manusia.
Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya
yang pertama, The Economic and Philosophical Manuscripts yang
ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx,
menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis.
Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud dan
menggunakan psikoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah pemikiran Marx.
Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis
tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya berbeda sekali dengan
kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun 1961. Meskipun Fromm
deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri lebih
suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh
pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan
filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa
kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain.
Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah
situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia
mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka
mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi
keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari
kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan
manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah
manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964), dikatakan bahwa setiap
masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa feodalisme,
kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya menunjukkan usaha
manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontradiksi yang dimaksud
adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan
binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, orang memiliki
kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang
memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas
manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap
perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, bisa terluka, transendensi,
dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm
mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal
membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga
mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut
yang menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang
dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif,
suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits)
dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus
dilakukan.
Fromm membagi
sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:
1. Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial
masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan
dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan
kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak.
Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2. Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini
memiliki unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat
ini memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan,
hierarki merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki
kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah
destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan
permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi
persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa
mengunggulkan simbol.
Fromm juga
menyebutkan dan menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam
masyarakat dewasa ini, yakni:
1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan
dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain
untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan
menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan
menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif
dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus
orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Fromm juga memngemukakan bahwa bila masyarakat berubah secara mendasar,
sebagaimana terjadi ketika feodalisme berubah menjadi kapitalisme atau ketika
sistem pabrik menggeser tenaga tukang, perubahan semacam itu akan mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam karakter sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang
dengan masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm.
Menurut Fromm
ada validitas proposisi-proposisi berikut:
1) Manusia mempunyai kodrat esensial
bawaan,
2) Masyarakat diciptakan oleh manusia
untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3) Tidak satu pun bentuk masyarakat yang
pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi
manusia, dan
4) Eksistensi manusia adalah mungkin
menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana
manusia berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam
ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya
kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan
membinasakannya, dimana setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan
mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan
konformitas, dimana terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang
perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu
nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian
Humanistik. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.
Daftar pustaka :
hall.S.C,lindzey.G(1993).psikologi
kepribadian 2. Yogyakarta: kanisius
Hall, Calvin S. (1985). Introduction to theoris of
personality. New York.
Boeree, C. G. (2006). Abraham
Maslow. diakses 30 April 2012.
Hall, Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi
Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo