· KONSEP SEHAT
Pengertian
Sehat
Sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan. Sehat sesuatu yang berguna untuk melakukan aktivitas.
Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat.
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai “keadaan lengkap fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan”
Pada 1986,
WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah “sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan.
Tujuan Kesehatan
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk,
jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat.
Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Tujuan dan
ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:
- Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada
kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
- Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur
sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
- Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam
menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
Adapun
tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
- Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi
persyaratan kesehatan.
- Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar
dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
- Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara,
kebakaran hutan, dan gas beracun yang
berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.
- Limbah cair
dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah
sakit, dan lain-lain.
- Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang
menjadi vektor penyakit dan
cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
- Perumahan dan bangunan yang
layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
- Kebisingan, radiasi, dan
kesehatan kerja.
- Survei sanitasi untuk
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program
kesehatan lingkungan
Tujuan Pembangunan Kesehatan
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk
tercapainya tujuan utama sebagai berikut:
- Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
- Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
- Peningkatan status gizi masyarakat.
- Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan
kematian (mortalitas).
- Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan
makin diterimanya norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan :
- Environment atau lingkungan.
- Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama
dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
- Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh
populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
- Health care service berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat
faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat.
SUMBER: Smet,
Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. JKT. P.TGrasindo
·
SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Sejarah
kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena
masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati
dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah
dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak
terdeteksi. Sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena
mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan
gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk
masyarakat I ndonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat
perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap
kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang masih fokus pada masalah kuratif,
kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk menjaga mental supaya tetap sehat.
Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku
manusia turut membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap
anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental.
Faktor budaya pun seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam
mengenai penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan sejarah
mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa, dan
semoga paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan
mental yang saat ini ada di Indonesia.
A.GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
o
(Tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli
Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh” (healer,shaman) orang
yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan
mejalani ritual penebusan dan penyucian.
Pandangan
masyarakat saat itu menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental
adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada di sekitar. Mereka dianggap
melakukan kesalahan kepada roh-roh atau menjadi medium dari roh-roh untuk
menyatakan keinginannya. Oleh karena itu, mereka sering kali tidak dianggap
sakit, sehingga mereka tidak disingkirkan dan dibuang seta masih mendapatkan
tempat dalam masyarakat.
o
Tahun 1692
Mendapatkan
pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang
bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau
dirasuki setan. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga
masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir.
Bahkan pengadilan pernah memvonis 19 orang untuk digantung karena dianggap
memiliki sihir. Padahal mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir
kemungkinan besar mengalami gangguan mental sehingga hidup mereka tampak aneh
dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sejarah
kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak sedikit berbeda, sebelum
abad ke-17, orang gila disamakan dengan penjahat/kriminal, sehingga mereka
dimasukkan ke dalam penjara.
John Locke
(1690) dalam tulisannya yan berjudul An Essay Concerning Understanding,
menyatakan bahwa terdapat derajad kegilaan dalam diri setiap orang yang
disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan
tidak masuk akal secara terus-menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal
untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tpat.
Pandangan John Locke ini bertahan di Eropa sampai abad ke-18.
B. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP EBAGAI SAKIT
o
Tahun 1724
Pendeta
Cotton Mather (1663-1728) mematahkan tahkhayul yang hidup di masyarakat
berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai
sakit jiwa itu sendiri. Pada saat ini benih-benih pendekatan secara medis mulai
dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan masalah kejiwaan sebagai akibat
gangguan yang terjadi di tubuh.
Pada abad ke-17 dan 18 individu yang menderita penyakit mental berada dalam
penderitaan yang besar di tangan masyarakat Amerika. Mereka dilihat sebagai
seorang yang dirasuki setan atau dicirikan sebagai dikuasai sifat-sifat
kebinatangan sehingga mereka menjadi subjek penanganan yang menyedihkan.
Penyiksaan fisik maupun mental merupakan hal yang umum dan penggunaan pembatas
fisik yang meluas seperti jacket yang ketat dengan tangan yang berat dan kaki
yang dirantai-mengeluarkan pasien dari martabat dan kebebasannya. Para
pendiri pada abad ke 19, seperti Phillip Pinel di Perancis dan Dorothea
Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi bagi
penderita penyakit mental, tetapi kondisinya masih jauh dari ideal. Phillipe
Pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi Rumah sakit Bicetre, Paris (rumah
sakit jiwa untuk pria) pada tahun 1793. Dia memutuskan uuntuk tidak meranntai
pasien gila. Dia kemudian ditempatkan di Salpetriere (rumah sakit jiwa untuk
wanita) pada tahun 1795
.
o
Tahun 1812
Benjamin
Rush (1745-1813) menjadi salah satu pengacara mula-mula yang menangani masalah
penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang
berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of the Mind.
Ini merupakan buku tesk psikiatri Amerika pertama.
Antara tahun
1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa
(Therapeutic Optimism). Hal ini disebabkan berkembangkannya teori dan
teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit jiwa. Pada masa ini
tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang
benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater
mulai masuk dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit, menggantikan ahli
hukum yang selama ini ternyata membuahkan kegagalan, maka tidak lama kemudian
muncul masa terapi psimisme (therapeutic pesimism) . ini teruma dipengaruhi
oleh sosialisme. Darwin menyatakan bahwa gangguan mental adalah perkembangan
evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak mungkin diubah lagi.
o
Tahun 1843
Kurang lebih
terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk
menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
o
Tahun 1908
Clifford
Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia merupakan
lulusan Yale dan seorang bisnisman, yang kemudian mengalami gangguan setelah
mengalami sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri,
Dia di masukkan ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek
penanganan yang tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental
di bawah kekuasaan orang yang tidak terlatih dan tidak kompoten di rumah
sakit. Beers kemudian menghabiskan beberapa tahun di
berbaggai negeri Middletown, Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang
diterimanya di institusi ini mencetuskan keberanian untuk memperbaharui
perawatan bagi individu yang menderita penyakit mental di Amerika Serikat. Pada
tahun 1908 dia menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan
laporan pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas
menggambarkan kekejaman lembaga perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang
segera, menyebarakan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian
mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun
berikutnya berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higience (the National
for Mental Hygience). Yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental
Nasional sekarang ini.
Tujuan
Asosiasi ini adalah untuk:
- Memperbaiki
sikap masyarakat terhadap penyakit mmental dan penderita dan penderita sakit
mental.
- Memperbaiki
pelayanan terhadap penderita sakit mental
- Bekerja
untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental.
o
Tahun 1909
Sigmund
Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clarck di
Worcester, Massachusetts.
o
Tahun 1910
Emil
Kraeplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan
alat tes yang dapat digunakan untuk medeteksi adanya gangguan epilepsi.
o
Tahun 1918
Asosiasi
Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang telah lulus dari
sekolah kedokteran dan mejalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi
calon untuk pelatihan psikoanalisa.
o
Tahun 1920-an
Komite
Naional untuk Mental Higiene menghasilkan satu set model undang-undang komitmen
yang dimasukkan ke dalam aturan pada beberapa negara bagian. Komite juga
mmembantu penelitian-peenelitian yang berpengaruh pada kesehatan mental,
penyakit mental, dan treatmen yang membawa perubahan nyata pada sistem
perawatan kesehatan mental.
Harry Stack
Sullivan yang mengawasi pasien Scizhofrenia di Rumah Sakit Sheppard-Pratt
Hospital menunjukkan pengaruh lingkungan terapeutik ketika para paien dapat
dikembalikan ke masyarakat.
Pada tahun
1920-1930 di Eropa terjadi perubahan treatmen dalam menangani gangguan mental.
Perubahan ini berkat pengaruh teori Freud yang pada masa itu menjadi terkenal.
Perubahan treatmen tersebut meliputi :
- Treatmen
di dalam rumah sakit kurang diminati, diganti treatmen yang dilakukan di luar
rumah sakit.
- Treatmen
di lakukan tidak memerlukan sertifikasi
- Treatmen
dilakukan dirumah sakit.
o
Tahun 1930-an
Psikiater
lebih menginjeksikan insulin yang menyebabakan shock dan koma sementara sebagai
suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.
o
Tahun 1936
Agas Moniz
mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama.
Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20.000
prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.
o
Tahun 1940-an
Elektropika,
yaitu terapi dengan cara menngaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali
digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental. Pada tahun
1940-an-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental
Inggris.
o
Tahun 1947-an
Fountain
House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang-orang yang
mengalami sakit mental.
o
Tahun 1950
Dibentuk
National Association of Mental Health (NAMH) yang merupakan merger dari tiga
organisasi, yaitu National Commite for Mental Hygiene, National Mental Health
Foundatio, dan Psychiatric Foundation. Lembaga baru ini melanjutkan misi Beers
dengan lebih jelas. Melalui program televisi, distribusi literatur dan media
lainnya. NAMH melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan
mental-mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.
o
Tahun 1952
Obat
antiseptik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk
menangani pasien schizoprenia dan gangguan mental utama lainnya.
o
Tahun 1960-an
Obat-obat
antisptik konvensional, seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk
mengontrol simtom-simtom yang positif (nyata) pada penderita psikosis, yang
memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Hal ini
memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Hal ini
kemudian menjadi keharusan untuk digunakan pada permulaan bagia pasien
yang gaduh dan kacau. Lithium kemudian diketemukan dan menjadi obat yang
merevolusi treatmen bagi penderita manis depresif.
Media
Inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang
yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalamn mereka. Pada
masa ini segala hal yang tabu berkaitan dengan mental mulai dibuka dan
dibicarakan secara umum.
C. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
o
Tahun 1961
Thomas Scasz
membuat tulisan yang berjudul The Myth of Mental Ilness, yang mengemukakan
dasar teiori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidaklah
betul-betul sakit”, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan
karena harus bereaksi terhadap lingkungan.
o
Tahun 1962
Ada 422.000
orang yang tinggal dirumah sakit untuk perawatan psikiatris di Amerika Serikat.
o
Tahun 1970
Mulainya
deinstitusionalisasi massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada
sumber-sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya program-program bagi
pasien yang telah keluar dari rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi
kemabali ke masyarakat.
o
Tahun 1979
NAMH menjadi
the National Health Association (NMHA)
o
Tahun 1980
Munculnya
perawatan yang terencana, yaitu dengan opname dirumah sakit dalam jangka waktu
yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit
mental. Ini tidak terlepas dari peranan NHMA yang menggalang dukungan dari akar
rumput dan bekerja sama dengan pemerintah dalam menghasilkan the Mental
Health Systems Act of 1980. Akta tersebut memungkin tumbuhnya pusat-pusat
kesehatan mental masyarakat Amerika yang mengijinkan individu dengan penyakit
mental untuk tinggal dalam rumah dan masyarakat mereka dengan masa opname yang
pendek.
D. MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL
o
Tahun 1990
NMHA
memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities Act, yang
melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari
diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi publik,
transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan lokal.
Sementara itu, teknologi penggambaran otak digunakan untuk mempelajari
perkembangan penyakit mental utama dengan lebih baik lagi.
o
Tahun 1994
Obat
antiseptik atipikal yang pertama dikenalkan ini. Ini merupakan obat
antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan konvensional.
o
Tahun 1997
Peneliti
menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang menunjukkan bahwa penyakit
ini diturunkan.
Berdasarkan
sejarah kesehatan mental di atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan
masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental/sakit jiwa/gangguan
mental ternyata berbeda-beda dan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Makna gangguan mental yang berbeda-beda tersebut membawa implikasi yang berbeda
juga dalam menangani individu yang terkena gangguan mental.
Bila
gangguan mental dipahami sebagai karena mengalami kerasukan roh seperti yang
dimaknai oleh masyarakat Indian dan juga sebagai masyarakat Indonesia, individu
yang mengalaminya bisa saja malah dipandang memiliki kelebihan khusus sehingga
mendapatkan kedudukan khusus masyarakat. Atau kalaupun gangguan mental yang
mengalaminya akan mendapatkan ritual-ritual khusus supaya dapat dipulihkan.
Setidaknya, mereka tidak mendapatkan stigma yang negatif, karena masyarakat
menanggap mereka tidak sakit sehingga masih dapat menerima kehadiran mereka.
Gangguan
mental bisa dipahami sebagai kerasukan setan, atau akibat sihir. Biasanya ini
karena pengaruh agama monoteis yang dianut oleh masyarakat setempat. Akibatnya
perlakuan individu yang mengalami gangguan mental menjadi berbeda. Ritual masih
tetap diadakan, tapi perlakuan masyarakat sekitar terhadap si penderita menjadi
negatif. Penderita biasanya ditolak dan diasingkan, karena sedikit banyak
dianggap berbahaya atau membawa akibat negatif bagi sekitarnya. Namun bisa saja
pada beberapa kasus, penderitanya malah dianggap sebagai sebagai Nabi atau
wakil Tuhan sehingga justru menarik banyak pengikut meskipun ajarannya secara
logika ttidak mengacu pada akal sehat.
Gangguan
mental juga bisa dimaknai bukan penyakit, tetapi sebagai tindakan kriminal
seperti yang pernah dipahami oleh masyarakat Inggris. Penderitanya lalu
dimasukkan dalam penjara dan mendapatkan perlakuan seperti penjahat pada
umumnya.
Gangguan
mental pernah dimaknai sebagai ketidakmampuan untuk berpikir rasional. Orang
yang terganggu mentalnya dipandang memiliki pola pikir irasional.
Ini terutam dipengaruhi oleh filsafat rasinalisme dan emperisme yang saat itu
memiliki pengaruh yang kuat di Eropa. Oleh karena itu gangguan masih belum
dimaknai sebagai sakit.
Dunia medis
memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental.
Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul-betul mengalami
sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit kebutuhan,
terutama di otak, sehingga penanganan penderita gangguan mental menjadi mirip
penderita sakit fisik, yaitu melalui medikasi, hospitalisasi, bahkan
operasi/ppembedahan. Pandangan medis ini, sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran
dan sampai sekarang ini masih menjadi arus utama yang memengaruhi pemahaman
orang mengenai kesehatan mental.
Ilmu
perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai
gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini, penderita gangguan dimaknai
sebagai ketidak mampuan mereka untuk melakukan penyesuain diri yang
sesuai denga realitanya. Individu terganggu karena memiliki
perilaku yang tidak adaptiff, sehingga penangannya adalah dengan mendidik
individu yang bersangkutan untuk menghilangkan perilaku yang tidak adaptiif dan
menggantinya dengan perilaku yang lebih adaptif. Menurut pandangan ini,
gangguan mental dihubungkan dengan lingkungan (ekologi) individuu sehingga
pemulihan individu yyang bersangkutan selalu dikaitkan dengan lingkungannya.
Inilah yang menandai penanganan individu yang bergangguan tidak lagi dirumah
sakit, tetapi di tengah lingkungan keluarganya.
Masih ada
lagi pandangan-pandangan lain mengenai gangguan mental, seperti aliran
antipsikiatri yang pendapatnya justru bertolak belakang dengan pandangan medis
mengenai sakit mental. Tentu saja pandangan tersebut juga membawa dampak
perbedaan dalam penannganan terhadap individu yang mengalami gangguan mental.
Memahami setiap pandangan yang muncul mengenai sakit mental menolong kita untuk
memiliki gambaran yang menyeluruh dan integral mengenai apa itu gangguan mental
yang sesungguhnya. Ini juga akan membantu untuk melakukan upaya-upaya dalam
penganan atau treatmen terhadap individu yang mengalami gangguan mental, sebab setiap
pandangan yang muncul dan berkembang mengenai gangguan mental, sedikit banyak
memiliki kebenaran yang perlu diperhatikan. Apalagi masalah gangguan mental
bukanlah semata-mata gejala fisik saja. Masih banyak wilayah-wilayah yang belum
terjangkau oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sat ini dimiliki, sehingga
upaya-upaya untuk mewujudkan kesehatan mental , tidak bisa dilakukan
berdasarkan pandangan yang berat sebelah saja dari sudut pandang tertentu.
SUMBER : Siswanto.
2007. Kesehatan Mental “ Konsep, Cakupan dan Perkembangan”. Yogyakarta.
Penerbit Andi
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
#ORIENTASI
KLASIK
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
#ORIENTASI PENYESUAIAN DIRI
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
#ORIENTASI PENGEMBANGAN POTENSI
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
SUMBER: Bagus Takwin staff UI
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
#ORIENTASI PENYESUAIAN DIRI
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
#ORIENTASI PENGEMBANGAN POTENSI
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
SUMBER: Bagus Takwin staff UI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar